Rabu, 26 Oktober 2011

Titipan Dari Allah

Semua yang telah terjadi di antara kita bukanlah hal biasa, bagiku. Semua itu terlalu manis, kurasa. Dan sekarang, sudah berbulan-bulan berlalu sejak semua itu terjadi. Aku sudah mengikhlaskan kamu untuk pergi dan mencoba untuk memikirkan hal lain.

Namun tetap saja, goresan masa lalu itu masih membekas di hatiku. Aku terlanjur sayang. Dan pada akhirnya akulah yang tersiksa. Sedangkan kamu, entahlah, aku tidak dapat menebaknya.

Walau aku sangat menyayangimu, dulu sampai sekarang, aku tidak bisa memilikimu. Aku tidak mau. Entahlah, semua itu hanya terlalu berlebihan kurasa. Sudah cukup bagiku untuk melihatmu setiap hari. Dan menurutku, semua itu sudah lebih dari cukup.

Pada malam-malam dimana aku sangat merindukanmu, satu-satu nya yang aku inginkan adalah menerima sms darimu, atau paling tidak melihat kamu muncul di timeline twitterku. Aku tidak berharap lebih, karena memang tidak mungkin terjadi sesuatu yang lebih dari itu. Dan pada malam-malam dimana kamu tidak ada di timeline, aku benar-benar kecewa, seakan-akan aku ditinggal sendiri di suatu tempat yang sepi.



Jadi hanya sebatas itu saja perasaanku. Aku tidak ingin memilikimu. Bahkan kamu bukanlah sesuatu yang dengan seenaknya dapat dimiliki orang lain. Aku tidak punya hak apa-apa.



Kini aku paham, kalau kamu ada bukan untuk dimiliki, melainkan sebuah titipan dari Allah.



Rumah - 18.14. Aku sedang duduk di depan monitorku dan dengan tidak sabar menunggu pizza pesananku datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar