Jumat, 31 Agustus 2012

Jalan-Jalan Ke Candi Prambanan












Jakarta, 31 Agustus 2012.

Goodbye for Forever?



Ya hari itu, Lebaran hari pertama, Dia datang ke kehidupanku. Dia yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Dia yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dia yang tidak kutahu namanya. 

Dia datang ke rumah nenekku di Jogja karena memang pekerjaan yang menuntutnya. Dia menyewakan mobil pribadinya dan dia yang menjadi supir. Namun sepertinya itu bukan pekerjaan utamanya, karena Dia masih kuliah. Kurasa begitu karena sepertinya umurnya hanya terpaut beberapa tahun lebih tua saja dariku. Yah bisa dibilang seperti part-time job. Jadi ceritanya, Pakde-ku serta keluarga nya menyewa mobilnya yang otomatis Dia juga, untuk ber-lebaran di Jogja. 

Dia tinggi sekali, mungkin mencapai 180 cm. Mukanya jawa sekali. Tidak kurus, tidak gemuk juga. Pokoknya sesuai sekali sama gambaran cowok yang sering aku khayalin. Hehe. 

Namun untuk cinta sepertinya terlalu cepat, mungkin masih dalam taraf suka, namun secepat itukah aku suka, bahkan tertarik sama orang yang baru aku kenal? Kenalnya pun karena saat Dia datang, Dia menjabat tanganku. Wajar saja kupikir. Oiya, namanya Angga. Hanya itu yang kutahu. Nama depan dan belakang nya nihil. Aku tahu karena sepupuku tiba-tiba memanggil namanya. 

Ya hanya itu saja, tidak ada kemajuan atau kemunduran apapun. Sampai akhirnya Pakde-ku pulang lebih dulu dari keluargaku ke Jakarta. Mungkin untuk terakhir kalinya kita berjabat tangan. Terakhir, itu yang ada dalam pikiranku saat itu, karena aku tidak tahu bisa bertemu lagi atau tidak sama sekali dengan Dia. Mungkin ini yang namanya 'Selamat Tinggal' untuk selamanya, karena tidak ada yang dapat menjamin kapan kita bertemu lagi.

***

Orang-orang datang dan pergi dalam kehidupan, membawa sifat dan perilaku berbeda-beda. Suku, derajat, jenis kelamin, dan pekerjaan yang berbeda pula. Keluar masuk seenaknya dalam pikiran kita tanpa memohon izin. Lalu meninggalkan bekas yang tidak mungkin hilang seutuhnya karena terlanjur menorehkan cerita serta gambaran dalam hidup kita.

Namun hanya segelintir saja yang sanggup menyelinap ke dalam hati. Tanpa ampun mengobrak-abrik apapun yang ada di dalamnya. Mengisinya dengan rasa senang, penasaran, sedih, dan gelisah. Siapa Dia? Kenapa Dia bisa melakukan itu semua? Mengapa ada perasaan senang di dalamnya? Apa yang kita harapkan padanya?

Dan saat untuk pergi tiba, sulit sekali untuk membiarkannya begitu saja pergi. Dia memang bukan siapa-siapa, namun perasaan dan kesan yang ditinggalkannya membuat kita sulit untuk menganggapnya seperti angin yang berlalu. Perpisahan yang sulit, karena kita tidak tahu kemana Dia pergi dan kapan kita akan berjumpa lagi.

Kita hanya segelintir debu yang hidup mengikuti jalannya takdir. Tidak tahu-menahu apa yang Allah inginkan dalam hidup kita untuk terjadi. Namun percaya adalah satu-satunya jawaban. Karena dengan percaya, hidup kita tidaklah hampa. Ada segunung harapan yang kita genggam, yang akan mengisi kekosongan di dalam hati kita.

Orang-orang memang datang dan pergi. Namun kali ini aku berharap bahwa suatu saat nanti, orang yang aku harapkan akan datang kembali dan kita bisa bertemu lagi. Sekarang serahkan saja semuanya kepada Allah, biar Dia yang mengatur.



Jakarta, 31 Agustus 2012. 

Perpisahan

Perpisahan. Hal yang wajar terjadi, karena setelah bertemu pasti akan tiba saat nya untuk berpisah. Sulit sekali untuk menganggapnya biasa, apalagi harus berpisah dengan orang yang kita sayang. Walaupun hanya sebentar.

 Masa-masa kuliah akhirnya datang dalam kehidupanku. Hal yang baru. Masih segar. Sedikit menakutkan. Tapi membuat penasaran. Dan dari sinilah semua nya berubah. Aku punya sahabat-sahabat yang selalu ada di sampingku, di saat senang atau pun sedih. Mereka sudah menemaniku sejak aku masih memakai seragam putih merah. Masa SMP dan SMA kita lalui bersama. Hampir setiap weekend kita habiskan bersama-sama. Menjajal cafe yang belum pernah kita datangi, jogging pagi-pagi, atau hanya ngobrol-ngobrol ga jelas sampai larut malam.

 Semua itu terlalu manis untuk diakhiri. Mungkin memang bukan akhir dari segalanya, namun aku terlalu capek untuk mencari penggantinya. Bukan pengganti untuk selamanya, hanya saja aku butuh seseorang yang dapat menemaniku, sebagai teman.

 Mereka memang hanya pindah ke kota lain dan bukannya ke negara lain, namun tetap saja ada jarak yang memisahkan. Dan aku tahu pasti kalau suatu saat nanti mereka pasti akan kembali, walau untuk sesaat. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Kita akan semakin dewasa dan bisa mengatasi segala hal, yang bahkan hal-hal sekecil ini.

 Aku hanya harus terbiasa menjalani hari-hari yang akan datang dalam hidupku. Hari-hari yang baru. Dengan orang-orang yang baru juga. Ini adalah sebuah batu loncatan ke level kehidupan yang lebih tinggi. Ini terasa berat karena aku tidak pernah mengalaminya. Aku harus kuat karena di depan sana akan ada banyak rintangan yang harus dilalui. Walau mereka tidak ada disini untuk membantu dan mensupport secara langsung. 

 Paling tidak ini bukan perpisahan untuk selamanya, karena akan lebih menyakitkan kalau kita berpisah dengan seseorang yang tidak pasti kapan bisa bertemu lagi. Selamat berjuang teman-temanku, aku yakin kalian pasti bisa mencapai cita-cita kalian. Semoga saat kita bertemu lagi, kita sama-sama sukses ya!!!!!











12.26 - Menulis blog diatas dengan mata berkaca-kaca :'(