Sabtu, 24 Desember 2011

Berkarat, Lusuh, dan Beku

Ketika waktu memutuskan untuk tidak peduli dan pergi menjauhiku, saat itu aku tahu kalau semua yang sudah terjadi akan menjadi berkarat dengan sendirinya. Ya, setiap momen-momen manis itu tidak akan manis lagi. Atau lidahku yang tidak dapat merasa dengan benar? Semua itu bisa saja terjadi. Semua nya telah kuserahkan kepada takdir, yang kutahu tidak akan berkarat. Karena takdir itu abadi. Walau selalu menjadi sebuah permainan tebak-tebakkan yang tidak akan pernah selesai.

Lembar demi lembar telah kuisi dengan tulisan, gambar, bahkan coretan-coretan tak bermakna. Sampai-sampai kertas nya menjadi lusuh. Tak terasa, aku telah sampai di kertas terakhir. Dan mau tak mau aku harus berhenti menulis. Terpaksa. Sebuah kata yang mengharuskan ku untuk berhenti walau perasaanku mengatakan aku harus terus menulis. Namun tak ada lagi kertas kosong yang tersedia untuk kuisi. Padahal masih banyak hal yang ingin kutuangkan dalam setiap lembar buku itu. Terpaksa. Sebuah kata yang menuntutku untuk menutup rapat-rapat buku itu, walau berat rasa nya mengayunkan tanganku untuk menutup buku itu.


Lalu bagaimana nasib ku?


Semua nya telah membeku, semenjak tidak ada lagi api yang berkobar menemani jejak langkahku. Api yang sehari-harinya selalu menghangatkanku. Namun kali ini waktuku habis. Ya, waktu untuk bersamanya. Tak ada kata "Goodbye" atau "See You Later" yang terucap dari mulutmu. Sehingga aku harus menyadarkan diriku untuk mundur pelan-pelan. Terpaksa. Sebuah kata yang memaksaku untuk menyimpulkan sendiri bahwa kamu sudah tidak lagi berada di sisiku. Dan membiarkan semua yang masih ada membeku secara perlahan.



23.06.

Rabu, 21 Desember 2011

The End

Untuk kamu yang sering aku sebutkan dalam tulisan-tulisanku, aku hanya mau memberitahu kalau aku sudah tidak bisa lagi menunggumu karena pintu hatiku sudah tertutup dan terkunci. Aku harap kamu tidak menyesal telah mengulur waktu begitu lama. Dan satu lagi, aku harap kamu bisa bahagia dengan apa pun yang telah kamu pilih, dan pesanku untukmu, cobalah untuk merubah sikap menjadi lebih baik karena kamu tidak akan tahu kalau semua itu mudah untuk dilakukan sebelum kamu mencobanya, serta berhentilah berpikir bahwa orang-orang disekitarmu menilai dirimu seperti orang tak berguna.




Thanks you for everything you gave to me in the past.

Sabtu, 10 Desember 2011

Bacalah Pesanku

Hey kamu...
Ya...kamu yang sedari dulu berdiam diri disana
Kenapa kamu tidak menoleh?
Apa kamu tidak mendengarku?
Aku sudah membisikkan sesuatu kepadamu melalui air, melalui lautan biru yang begitu tenang ini
Yang membentang diantara kita

Oh...
Kamu tetap diam saja tak bergeming
Apa kata-kataku terlalu sulit untuk dimengerti?
Kalau begitu akan ku kirimkan pesanku melalu angin
Angin musim hujan yang membawa aroma tanah basah
Aku harap bahwa angin sudah menerbangkan pesanku

Namun...kamu masih tetap tak bergerak
Seakan tak peduli dengan apa pun di sekitarmu
Apa kali ini pesanku juga tidak sampai?

Mungkin dengan bantuan burung merpati ini akan membantu
Di leher sang merpati telah aku pita suratku
Pita dari bahan chiffon berwarna violet
Yang sangat lembut seperti kapas
Tidak terlalu kencang sehingga membuat sang merpati tetap bisa bernafas
Aku harap kali ini pesanku akan sampai kepadamu

Tapi lihat...kamu sama sekali tidak bergeming
Hey....
Ada apa lagi?
Apa pesanku juga tak sampai?
Atau kamu terlalu tidak peduli untuk sekedar mengintip isi suratku?
Atau....kamu sama sekali tidak tahu bahwa surat itu memang untukmu?

Lalu aku harus bagaimana lagi?
Apa aku harus menyebrangi lautan itu untuk membisikkan langsung kata demi kata yang sedari tadi ingin kukatakan?
Tapi, apa kamu akan tetap berada disana menungguku?
Walau akan menghabiskan banyak waktu?
Dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibirku?

Oh Tuhan...
Tolong beritahu Dia



Di Kamarku - 23.37

Rabu, 07 Desember 2011

Ketika Batas Tidak Lagi Terlihat


Baru saja, sebuah kalimat atau lebih telah membuatku berpikir cukup lama dan dengan hebatnya menyadarkanku akan satu hal yang akhir-akhir ini menjadi sebuah masalah yang merepotkan. Dan buruknya lagi, kalimat-kalimat itu seperti tahu kemana tujuannya dan sangat tepat sekali menuju sasaran. Kalau ada suaranya mungkin kata 'Jleb' akan sangat tepat, serta membuat hati ini mencelos dibuatnya.


"....kamu telah dan terlalu mencintai seseorang yang tidak mencintaimu..."


Seperti ada petir di atas kepalaku yang berhasil membuatku 'sedikit' terguncang. Seakan dia menyindirku dan tahu dulunya aku pernah melakukan hal bodoh itu. Tapi, apa kamu tahu bahwa apa pun yang sedang kamu lakukan itu salah atau benar pada saat kamu sedang jatuh cinta? Bahkan, salah dan benar pun tidak terlihat batasnya. Semua hal terlihat benar. Seperti warna abu-abu, bukan putih, bukan juga hitam.

Kebenaran pun seakan luput dari mata, karena saat itu, kamu tidak peduli mau itu salah atau benar. Karena satu hal yang menurutmu benar hanya mencintainya. Tidak peduli siapa dia, seperti apa dia, dan bagaimana dia. Logika pun seperti menghilang dari tempatnya, dan semua hal seperti diatur oleh perasaan. Telingamu menjadi tuli. Mata pun ikut-ikut bermasalah, semuanya terlihat buram. Dan satu-satu nya hal yang dapat kamu andalkan saat itu hanyalah perasaan.

Namun hal bodoh itu dapat kamu lawan, dan satu-satu nya yang dapat melakukannya hanya dirimu sendiri. Karena hanya dirimulah yang dapat mengontrol perasaan itu. Saranku, jangan terlalu besar memberi cintamu kepada seseorang yang bahkan tidak menyadari kalau kamu memberi perhatian lebih kepadanya. Karena hal itu hanya membuat dirimu lebih bodoh dari dirimu yang memang dengan bodohnya telah memulai untuk mencintainya. Aku harap kalian mengerti maksudku. Dan kebodohan itu akan membuat dirimu berkata 'jika saja...' berkali-kali.

Tapi jangan salahkan dirimu, karena mungkin dari hal itu kamu bisa merasa bahagia. Jadi tidak seluruhnya merugikan bukan? Dan untuk yang satu ini, aku sangat setuju.



Di Rumahku - 20.37. Menulis ini ditemani sekotak coklat. Ada yang isinya kismis, almond, dan kacang mede. Tapi yang kismis dan mede sudah tidak terlihat lagi.

Selasa, 06 Desember 2011

Mungkinkah?


Mungkin. Hanya mungkin, kamu pernah mengunjungi blogku ini. Ya kamu. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang membuatku menulis banyak hal tentang kata yang berawalan huruf C itu? Mungkin aku sok tahu, tapi sesuatu di dalam diriku telah membuatku percaya bahwa kamu mungkin pernah kesini. Hmm... kalau memang iya ini bisa menjadi sebuah masalah baru yang akan sangat merepotkan. Karena bisa saja kamu membaca setiap cerita yang aku tulis. Oh dan buruknya lagi cerita itu menyangkut denganmu. Ya... ini benar-benar sebuah masalah.

Kuharap kalau memang kamu membaca ini, tolong jangan berubah. Tetap menjadi kamu. Kamu yang aneh dan misterius. Dan kalau kamu memang cukup mengerti seperti apa posisiku saat ini, kuharap beri tahu aku secepatnya. Atau kode mungkin?



Aku tidak terlalu berharap kamu membaca ini. Namun kalau memang iya, kamu harus tahu, kalau aku selalu menunggu.



Di Rumah - 17.23.