Aku benci perasaan ini. Perasaan yg secara diam-diam tumbuh kembali, telah membuat diriku sangat bingung. Aku tidak tahu kenapa ini terjadi lagi. Padahal aku telah menguburnya dalam-dalam. Sia-sia saja kurasa, dinding yang telah kudirikan telah retak, belum runtuh. Tapi akan, aku hanya tinggal menunggu kapan dinding itu akan runtuh.
Aku terperangkap dalam perasaan dimana hanya aku saja yang merasakannya. Aku ingin berbagi, namun aku ragu mereka mau mendengarkan dan mengomentari dengan bijak. Aku bingung. Aku tersesat. Aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri. Aku berjuang untuk menolaknya, namun semakin keras aku berjuang, perasaan itu semakin kuat. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana.
Rasanya campur aduk. Aku sendiri tidak tahu apa ini. Mungkin aku telah teracuni oleh mu. Dan kurasa hanya kamu saja yang tahu bagaimana mengobatinya. Kamu telah menanam perasaan itu sangat dalam. Bahkan aku baru menyadarinya. Aku tidak tahu apakah aku telah meracunimu juga atau tidak. Aku tidak tahu apakah aku telah menanam perasaan itu juga di dalam dirimu. Kurasa kita sama-sama tidak tahu. Hanya Tuhan lah yang tahu tahu.
Aku sangat butuh penawar. Tapi aku hanya mau kamu yang mengobatinya. Karena aku percaya bahwa kamulah penawar racun itu.
Sekolah - 12.15. Sekarang sedang istirahat solat jumat. Kelas hanya terisi oleh murid-murid perempuan. Kulihat mereka sedang bermain kartu, sebagian belajar, dan sebagian lagi hanya mengobrol dengan lawan bicara nya. Aku sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Dan pada akhirnya hanya iPhone-ku saja yang menemani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar