Senin, 19 September 2011
Kita Bodoh
Aku selalu berpikir kalau sebenarnya kita berdua sangat bodoh. Dan sangat pemalu. Aku dan kamu bersikap bagaikan orang yang tidak saling mengenal, padahal kita sudah berbagi cerita panjang lebar. Kita juga sudah bertukar oleh-oleh lebaran. Kamu memberiku keripik apel dan aku memberimu bakpia rasa coklat. Dan semua itu adalah rahasia kecil antara kita berdua. Kecuali, 5 orang sahabatku yang sudah aku beri tahu. Pertanyaannya, apa ini masih sebuah rahasia kecil?
Kita berdua berada di tempat yang sama, namun hari-hari kita hanya diisi oleh kesunyian dan curi-curi pandang yang terkadang aku lakukan. Mungkin aku terlalu takut untuk menatapmu langsung dan pada akhirnya aku akan bertingkah bodoh di depanmu atau lebih parah nya, mungkin aku akan terlihat sombong karena tidak sedikit pun mau melihatmu. Aku juga tak kalah bingung akan sikapmu yang hanya diam saja seperti itu. Sekarang memang abad 21, namun perempuan tetaplah perempuan, memiliki gengsi setinggi langit untuk memulai duluan. Begitu pula aku. Tidak-kah kau tahu bahwa perempuan lebih suka disapa lebih dulu?
Kalau tidak salah menghitung, sepertinya sudah lewat sebulan sejak pertama kali kita bertukar nomor hp. Kalau kamu mau tahu, saat itu aku senang sekali. Aku masih sangat ingat isi sms pertama darimu. Walau isi nya tidaklah penting, tapi yang terpenting adalah kamu, si pengirim sms itu. Maaf kalau aku sedikit gombal. Dan ya, aku suka menanyaimu tentang PR yang sebenarnya sudah kuketahui sebelumnya. Aku juga suka mencari-cari topik pembicaraan yang menarik agar kamu tidak cepat bosan berbagi cerita denganku. Saat itu sepertinya semahal apa pun tarif sms tidak akan menjadi masalah.
Kamu juga tidak pernah absen dari dalam pikiranku, walaupun aku sedang melakukan hal lain. Saat tidur pun, kamu sering berkunjung ke alam mimpiku dan disana kita bagaikan pasangan sungguhan. Dan aku sangat sebal saat aku terbangun, semuanya hilang. Aku selalu berharap kepada Tuhan, bahwa semua itu nyata dan situasinya berbeda dari kenyataan yang sepertinya tidak memperbolehkan kita bersama.
Namun sepertinya Tuhan tidak mendengar doa ku. Buktinya, sampai sekarang kita tetap diam-diaman dan aku masih suka mencari-cari celah untuk melihatmu. Apa sebenarnya dari awal kamu memang tidak menganggap semua ini spesial? Atau aku nya saja yang terlalu berharap?
Tapi, kenapa kamu membalas sms-sms ku dengan kalimat yang panjang-panjang? Kenapa kamu berbagi cerita denganku? Kenapa kamu mengajakku bertukar oleh-oleh lebaran?
Kenapa kamu memberiku harapan....?
Di kamarku - 20.50
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar