Senin, 19 September 2011

Dia

Bel pulang sekolah seakan mengingatkan murid-murid yang berada di dalam kelas bahwa sekolah telah usai. Saat itu, dari sudut mataku, aku melihatmnya keluar kelas lebih dulu dari yang lainnya dan terlihat terburu-buru. Mungkin dia kebelet pipis, atau mungkin sudah ditunggu oleh salah satu temannya yang menagih janji makan siang bersama. Dan masih banyak kemungkinan yang mondar-mandir dalam pikiranku. Pada akhirnya mereka semua terlupakan karena aku teringat untuk mengambil barangku yang kutaruh di loker.

Aku melewati pintu kelas dan terlihatlah dia sedang berada diluar kelas, sendirian dan sedang tidak melakukan apa-apa. Yang artinya, terlambat bagiku untuk mengalihkan pandangan mataku darinya, karena dia terlanjur melihatku juga. Hanya beberapa detik sepertinya kami saling menatap, yang terasa sangat lambat. Tak ada alasan lain bagiku untuk tidak jalan terus menuju lokerku yang hanya berjarak 10 meter darinya. Rasa gugup dan takut bercampur menjadi satu di dalam dadaku saat aku dengan susah payah berusaha untuk bersikap sewajarnya ketika melewatinya.

Sesampainya di loker, aku menyelesaikan urusanku dan terperangkap dalam obrolan singkat dengan temanku yang tak sengaja lewat di dekatku. Hanya perasaanku saja atau bukan, aku rasa dia sedang menatapku dari tempatnya berdiri tadi. Dengan sengaja aku memutar tubuhku dengan cepat kearah nya dan benar saja, dia sedang menatapku.

Dan lagi-lagi, aku harus melewatinya lagi untuk menuju ke kelas. Aku sebal sekali karena rasa gugup itu tak kunjung hilang, namun makin bertambah. Alhasil, aku hanya menatap ke arah lain selagi melewatinya. Rasanya, letak kelas ku itu begitu jauh dan lama sekali sampai nya. Akhirnya aku sampai kelas lagi dengan rasa gugup yang masih sangat terasa.

Aku menuju mejaku dan dengan cekatan memasukkan semua barang-barangku ke dalam tas. Setelah semuanya selesai, aku membalikkan tubuhku untuk bergegas pulang, dan tiba-tiba saja dia sudah berada dihadapanku. Belum sempat mengatur napas dan emosiku, dia bertanya kepadaku dengan mudahnya tentang suatu hal yang seharusnya dengan mudah aku jawab pada keadaan normal, namun keadaanku sangat tidak normal untuk menjawab pertanyaan apa pun. Seakan-akan semuanya buram, sunyi, dan hanya ada kami saja disana. Seakan-akan aku membisu seketika dan dengan tergagap menjawab perntanyaan nya itu. Aku tak terlalu ingat apa saja yang aku ucapkan kepada nya, bisa mengatakan 1 kata saja sudah sangat beruntung bagiku. Dan yang terpenting aku tidak terlihat seperti patung dihadapannya. Itu saja yang aku minta kepada Tuhan.

Sepertinya Tuhan tahu kalau aku sangat butuh bantuannya, karena pada waktu yang tepat temanku lewat di dekatku. Rasa gugupku berkurang sedikit. Tanpa pikir panjang, aku menariknya mendekat dan dengan cepat mengulangi pertanyaan nya. Temanku dengan lancar menjawab pertanyaan nya dan langsung mendapat anggukan yang menunjukan bahwa pemilik pertanyaan itu sudah puas dengan jawabannya. Dengan suara serak dan terbata-bata aku berhasil berpamitan dengannya dan dengan perasaan gugup aku berjalan keluar dari kelas, meninggalkannya.

Sepanjang jalan menuruni tangga sekolah, sepertinya dadaku ingin meledak saking kerasnya berdegup. Untung saja temanku yang baik hati itu tidak mendengar sedikit pun bunyinya. Sepertinya, bertruk-truk coklat juga tak akan cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku. (Mungkin ini lebay, jadi lupakan saja)

Aku tak habis pikir, kenapa semua yang sudah terjadi beberapa saat lalu bisa terjadi kepadaku. Aku juga sudah mengira bahwa efek dari semua itu akan bertahan lama. Buktinya, sepanjang hari itu hanya kejadian itu saja yang berhasil menarik perhatianku. Seakan-akan memang kejadian itu ditakdirkan untuk dipikirkan berkali-kali. Bahkan waktu tidurku pun terganggu.

***

Berdiri beberapa saat dihadapanmu seakan memberitahuku bahwa kamu sangat tinggi, sampai-sampi aku harus mendongakan kepalaku agar bisa menatap matamu. Terlihat sepatu hitam berlist merah sedang kamu pakai saat itu dan untuk kesekian kalinya aku berpendapat bahwa kamu suka warna merah.



Mungkin aku sok tahu, tapi aku juga hobby memperhatikanmu.




Di kamarku - 22.31. Aku sudah berbaring di tempat tidurku yang sangat nyaman ini dan kurasa aku harus menyelesaikan tulisanku ini skrg juga. Dan baru saja selesai, jadi sekarang saatnya aku untuk tidur. Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar